Kenapa sih Obat "Kuat" lebih banyak diperuntukkan bagi kaum Adam ? Lihatlah iklan-iklan di berbagai media, baik elektronik maupun cetak, hampir semua diperuntukkan bagi kaum yang katanya "perkasa" di banding kaum "lemah".
Sebagai salah seorang dari bahagian kaum Adam, namun hingga hari ini belum sebutirpun aku memanfaatkannya. Aku "kuat" ? Cuma Yayang yang tahu jawabannya. :-D
Belum perlu ? Entahlah, mungkin karena takut akan efek samping, adiktif atau juga karena percaya yang namanya iklan itu semua bohong.
Ketika kegiatan seks menjadi seperti kegiatan wartawan mengejar deadline, perilaku seks tidak lagi menjadi sebuah perwujudan cinta-kasih. Rasa yang menyertai kegiatan seks menjadi sebuah kejar-target, dan telah berubah menjadi sebuah "pekerjaaan". Dan biasanya, yang namanya pekerjaan pasti ada jenuhnya, dan kalau dipaksakan tentu akan memproduksi kekecewaan hasil. Makanya terciptalah istilah "Edi Tansil".
Membaca sebuah ulasan tentang
obat "kuat", ada komentar menarik yang disampaikan oleh Wimpie Pangkahila, pakar seksologi, demikian komentarnya, "Sekali lagi saya tegaskan, bahwa obat-obat yang diiklankan secara mencolok dan dinyatakan dapat meningkatkan gairah seksual, sebenarnya bukan obat khusus meningkatkan gairah seksual. Mengapa? Karena isinya hanya vitamin biasa, dengan tambahan zat lain misalnya Zn dan ginseng,”. Namun demikian bisnis obat "kuat" tetap menjanjikan dan iklan-iklan mengenainya makin jor-joran.
Kalau demikian adanya, masih perlukah obat "kuat" ?