ABOUT
Orang Biasa
Baihaqi 38 Tahun
Orang Biasa
1 Istri 3 Anak
Serpong Indonesia
Biasa aja...
bersahaja dalam keseharian
melaruti hari dengan harapan
mencoba menata asri
taman surga dihalaman hati
PREVIOUS POSTS
Gratis
Getting Older
Komunikasi Seksual
Kilas Balik
Contoh
Sobat
Hangat Pagi
Nyoblos, Sakit, Aaaah, Enak
Amanah
Bete

ARCHIVES
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
SHOUTBOX
SYNDICATE
RSS Atom

Subscribe with Bloglines
Paksa
Tujuhbelasan kemarin ada nilai-nilai yang terkoyak bagi kemerdekaan Ghiffari; terjajah. Kami menjadi limbung akan nilai-nilai kemerdekaan, saat dikemas dalam aneka lomba rakyat. Memang ini kali pertama bagi Ghiffari menandai arti kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan "gagah-berani" kita.

Ngeh, mudeng, ooh... Selain ada bendera merah-putih, ada yayah yang menang di final ping-pong pada jam setengah dua belas malam, juga 3 assist bagi hattrick Pak Dani di pertandingan Sepak bola yang kontoversi, yang memicu ngambek sebagian orang-orang blok depan karena protes offside-nya tidak digubris wasit, ada mamah yang kecewa berat karena nasi gorengnya kurang garam, dari sebab tandemnya pengidap hipertensi, menyebabkan tidak masuk nominasi untuk ketiga-kali tujuhbelasan, ternyata ada juga sepeda hias buat aku, pikir Ghiffari.

Aku dan yayang sibuk menggunting kertas krep merah-putih, mengelem, dan menghias dengan waktu yang sempit. Ghiffari bersemangat, begitu juga dengan Jihan hingga menjadikan mulut kami ramai meminta mereka untuk tidak "sibuk" juga.

Tiba pada saatnya kolok Ghiffari datang, menghambat laju kebahagiaan kami untuk menyaksikan kali pertama Ghiffari bersepeda-hias. Percaya diri Ghiffari luntur seketika, apalagi kami terus memaksa. Bijak kami hanyut terbawa derasnya arus emosi.

Dengan agak lama membujuk, menumbuhkan percaya diri, akhirnya ia mau, dan mendapat nomor urut 36 yang diserahkan langsung oleh Pak Ifoed sebagai ketua panitia lomba.
Saat akan bergerak konvoi, lagi-lagi emosiku terpicu oleh kolok dan ketidak-pede-an Ghiffari. Kembali memaksa, tidak berhasil. Keluar dari barisan konvoi, bergerak berlawanan arah menuju lomba layang-layang untuk para ayah. Wah...

Alhasil, Yayang cuma bilang... jangan dipaksa !!!

Aku berfikir; Memaksakan kehendak pada orang lain adalah bagai menjajah kemerdekaannya. Maafkan Yayah Ghiffari. Yayah cuma ingin kamu bersemangat, bergembira, merasakan kemerdakaan setahun sekali, menikmati bersama anak-anak yang lain. Karena... andai kamu tahu, nak; besok kita semua kembali terjajah. Di paksa menyaksikan KKN dari penjajah-penjajah sawo-matang. Kembali ke negeri para penyamun yang santun melantun janji-janji yang membuat pikun.

Maafkan Yayah; Merdekalah harapanku !!!
Wednesday, August 18, 2004 
0 comments