ABOUT
Orang Biasa
Baihaqi 38 Tahun
Orang Biasa
1 Istri 3 Anak
Serpong Indonesia
Biasa aja...
bersahaja dalam keseharian
melaruti hari dengan harapan
mencoba menata asri
taman surga dihalaman hati
PREVIOUS POSTS
Getting Older
Komunikasi Seksual
Kilas Balik
Contoh
Sobat
Hangat Pagi
Nyoblos, Sakit, Aaaah, Enak
Amanah
Bete
Anak Cermin Orang Tua ?

ARCHIVES
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
SHOUTBOX
SYNDICATE
RSS Atom

Subscribe with Bloglines
Gratis
Masjid limapuluh persen rampung, tampak lengang selepas bada Isya. Jamaah yang tidak lebih dari lima belas orang itu telah lekas pulang, kembali kepada buah dan belahan jiwanya masing-masing.

Tinggallah aku dan kartunis Ifoed Kokkang yang kebetulan menjadi bagian dari jamaah kami, dan kerap meng-imami kami. Tampak di luar Ghiffari mendapat arahan dari Pak Gunadi untuk tidak nakal dan cepat masuk kedalam Masjid limapuluh persen rampung, swadaya, siap terdonasi oleh kalian, itu juga kalau mau, ngga nolak kok ;)

Malam itu ada beberapa hal yang dibicarakan, antara lain mengenai TPA. Aku mempunyai pandangan, boleh dikatakan juga prinsip. Melihat tetangga sebelah rumahku, Pak Sis, seorang Gembala yang kerap mengadakan Sekolah Minggu di Sabtu sore dengan menggunakan pola jembut bola. Anak-anak yang bertempat tinggal jauh dari kediaman Pak Sis di antar-jemput oleh Pak Sis sendiri. Setelah pulang mereka mendapat snack. Tampak anak-anak belajar agama dengan girang.

Dalam pandanganku, agama adalah tataran nilai-nilai dengan ruh rahmatan lil 'alamin, menjadi rahmat/kebaikan yang dirasakan oleh segenap alam dan isinya. TPA adalah bagian dari agama, idealismenya adalah GRATIS sebagai wujud rahmatan lil 'alamin. Namun nampaknya kedua sahabat Orang Biasa kurang setuju, dengan asumsi dasar bahwa gratis menunjukan ketidak-seriusan dalam penyelenggaraan. Dengan melihat contoh bahwa seminar yang yang gratis tidak akan dihadiri oleh orang-orang karena ke-gratisan-nya yang berasumsi tidak bonafid, tidak jelas dan tidak bermutu. Nampak Pak Gunadi lebih banyak bercakap dan Mas Ifoed Kokkang lebih pada mengangguk tand bersetuju.

Apakah aku yang salah dalam meletakkan idealisme atau bagaimana ?

Mas Ifoed Kokkang juga kurang setuju dengan dalih justru untuk sebuah penghargaan beragama, rela berkorban, harus berdonasi lebih banyak dari yang ditetapkan oleh iuran wajib. Dengan berasumsi, seharusnya kolom shodaqoh suka-rela harus lebih besar dari iuran wajib sebesar sepuluh ribu, yang mencerminkan kesungguhan beragama.

Namun demikian aku bersyukur, Alhamdulillah. Kas TPA masih bersaldo positif dengan nilai hampir sebesar lima ratus ribu rupiah, dengan kondisi anak-anak sudah bisa menikmati meja belajar. Meski bekas, hibah dari Hamba Allah Sawangan-Depok (semoga Allah melipat gandakan pahalamu) namun dengan peremajaan tidak lebih dari tiga ratus ribu rupiah, nampak seperti baru, cerah hijau toska, alternatif pilihan warna Sang Kartunis. Anak-anak terbebas dari uang pendaftaran juga iuran bulan Juli. Semua ter-cover oleh Donasi Hamba-hamba Allah yang Tuhan gerakkan hatinya (Semoga Allah memberikan banyak kebaikan pada mereka semua. Amin). Guru-guru sudah terbayar insentifnya untuk bulan Juli sesuai janji subsidi DKM. Alhamdulillah.

Atau aku yang terlalu berlebih, berharap banyak ?
Bagaimana menurut kalian ?
Wednesday, August 11, 2004 
0 comments