Suatu ketika
*Belum ada Ghiffari & Jihan kami tengah asik ngobrol di Mikrolet sontak Bokin terdiam saat pasangan tuna-netra dinaikkan oleh entah.. teman/saudara dengan seorang anaknya yang Alhamdulillah tidak seperti kedua orang tuanya. Apalagi selama perjalanan kedua pasangan itu banyak tersenyum, bercanda dengan anak perempuanya, tak ada gundah tampak diwajah mereka. Bokin kembali bersuara saat pasangan tuna-netra dan anak perempuannya yang mungkin sekitar 7 atau 8 tahun usianya usai diturunkan. Gw bisa mengerti keharuannya Bokin dari sebab 2 Saudarinya yang perlahan-lahan kehilangan penglihatannya dan dokter di
Jakarta Eyes Center cuma bisa bilang agar banyak berdoa.
Seorang anak yang sebaya dengan Ghiffari berteriak girang "Mak..., Emak...", si Emak menoleh dengan sapu tetap bekerja membersihkan jalan. "Emak..Bakso Mak... Dibagi Bakso Mak....", si Anak berlari menghampiri sang Emak yang akhirnya menghentikan sapunya lalu tersenyum memandang pagar rumah kami. Bokin tak berani melihat keharuan, cuma mengintip dari balik pagar.
"A.. Aa..", Bokin menjatuhkan kepalanya didada gw sambil nangis."Lihat itu..kasihan. Bagi duit tuh A...", Bokin memohon. Gw lihat seorang anak muda tanpa beralas kaki tengah sibuk mengumpulkan troli-troli di parkiran-samping Giants dengan usaha/cara yang membuat kita terenyuh-haru. Gimana ngga ? doi penyandang Polio !!! Gw bukan orang yang pintar mendramatisir keharuan.
Ya.. Bokin gw gampang haru, gampang kasian, orang bilang air-matanya cetek.