ABOUT
Orang Biasa
Baihaqi 38 Tahun
Orang Biasa
1 Istri 3 Anak
Serpong Indonesia
Biasa aja...
bersahaja dalam keseharian
melaruti hari dengan harapan
mencoba menata asri
taman surga dihalaman hati
PREVIOUS POSTS
PKS ambil langkah menjadi Partai Oposisi, gw salut...
Melihat Kupas Tuntas di Trans TV tentang sosok seo...
Mudah-mudahan hari ini Ghiffari bisa punya Power R...
Emansipasi...kata itu bikin gw dan bokin jadi ser...
Wiranto menang...Rekan kerja gw bilang orang Indon...
Menikah tgl sekian hari anu jam sekian, kalo tgl, ...
Menuliskan pikiran atau menggambarkan rasa buat gw...
Tadi pagi sebelum berangkat kerja sambil memakaika...
Ngga enak jadi orang yg serba ragu dan nggak yakin...
Masih belajar gonta-ganti lay-out dasar ngga jelas...

ARCHIVES
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
SHOUTBOX
SYNDICATE
RSS Atom

Subscribe with Bloglines
Kuncinya mana ?
Didalam mobil pinjaman dari Nyokap, sayup-sayup terdengar adzan 'Isya saat berada di perapatan Ciledug yang terjamin kualitas macetnya, di sebelah kanan Masjid yang entah kapan akan rampung.

Ketika Lampu Hijau menyala lebih dari 10 detik persneling satu minta dijalankan meminta merayap perlahan sedikit lebih lambat dari iring-iringan penganten sunat ala Betawi. Yang tahu Perapatan Ciledug akan mahfum dengan hal ini, potret usang lalu-lintas khas pinggiran Jakarta.*masih lebih enak naik motor...dasar kere !!*

Alhamdulillah malam itu kurang dari 15 menit (tumben) akhirnya bisa membelok ke arah Tangerang/Cipondoh melewati perempatan saat sebuah motor terpaksa ngerem mendadak menghindari pejalan kaki sepasang suami istri yang dengan santainya melintasi jalan yang tumpang tindih antara Angkot, Ojek, Kaki Lima, Pejalan Kaki, Mobil dan Motor bahkan becak serta sepeda yang berusaha saling mendahului, meminta hak jalan.

Memasuki pintu gerbang Graha adalah sebuah kebahagiaan, dengan jalannya yang lebar dan sepi..ah Kalau saja merokok masih menjadi kebiasaan tentu dijalan seperti itu akan membuat sebatang rokok pun terasa sebungkus. Ha ha ha Maklum dulu perokok berat.

Taman Jajan Regensi masih ramai entah bila telah lewat tengah malam, Ghiffari pun ikut "ramai" meminta untuk menepi kala terlihat penjaja VCD bajakan Power Rangers langganannya masih asik melayani beberapa pembeli yang biasanya beberapakali meminta untuk mencoba dulu sebelum membeli. Tapi malam itu Ghiffari tidak berlanjut protesnya dengan janji bisa bermain di Time Zone, dasar anak-anak.

Akhirnya kami memutuskan ke Giants Serpong dulu sebelum kembali ke rumah, dan sempat ketemu Pak Sis sekeluarga di jalan depan Dahlia Loka. Jarum jam menunjukkan angka 7.40 waktu putaran jam Alam Sutera, kami baru akan melintasi jalan raya Serpong yang mulai menggeliat macet merayap ala jalan Sudirman disaat jam pulang kantor. Lepas dari WTC barulah jalanan terasa enak di kecepatan 40 km/jam yang sebelumnya merayap mulai dari depan Makro.

Akhirnya sampai juga di Giants Serpong dan dapat parkiran di depan, walau agak dekat ke pintu keluar. Ghiffari bersemangat dan minta untuk tidak dituntun bergegas cepat.
"Abang Ai kan udah gede !" Protesnya.
"Abang Ai berani !" Susah juga menangkap tangannya, beberapa kali ia menepis dan mempercepat jalannya hingga berlari ala Power Rangers Turbo yang biru. Wah Kacau !!

"Mama mau Hoka-hoka Bento ?" Ghiffari coba merayu.
"Nggak", bukan cuma Bokin yang sontak menjawab.
"Ntar kalo gajian ya ?" sambil memandang ke kaca transaparan dimana terlihat seorang Bapak dengan dua anak laki-lakinya tengah asik menyantap dengan sumpit.
"Ya" lagi-lagi gw dan Bokin kompak menjawab.
Kadang sedih juga, maunya sih semua permintaan bisa gw penuhin...Apalagi saat gw turun dari tangga sesaat usai dari toilet, gw lihat Jihan tergelak sewaktu Ghiffari dengan bersemangat memainkan kepala sepasang boneka yang dipejeng didekat pintu masuk Restoran cepat saji ala Jepang yang juga menjadi favorit Bokin.

Ghiffari memutuskan untuk terlebih dahulu ke Time Zone sebelum memenuhi kebutuhan bulanan. "Ke Time Zone dulu" Serunya ! Seraya berlari menuju eskalator. Memang cuma 2 atau tiga kali dalam sebulan dan tidak bisa setiap minggu berpuas di arena yang bikin anak-anak ngga mau pulang. Favoritnya adalah motor cross tapi malam itu ia minta 2 kali menjadi pembalap GP dan beserta Yayahnya menyalip diputaran kedua untuk meninggalkan jauh dan mengalahkan 2 anak muda yang nampaknya masih penasaran -kok bisa kalah ?- dan kurang puas dengan hasil akhir, namun ragu untuk meminta tanding ulang.

Belum puas bermain Bokin meminta agar Ghiffari menyudahi keasikannya -memang ditempat semacam itu, cuma ngantuk dan lapar yang bikin anak-anak mau menyudahi keasikannya-, walau sempat protes untuk bisa menembak kuman dulu sebelum menuju eskalator turun.

Lama menemani Bokin berbelanja yang sesungguhnya kalau boleh memilih lebih suka nunggu di food-court sambil makan kerak telor dengan 2 telor Bebek dan sebotol teh dingin tanpa perduli judul produknya. Selepas dari Kasir hujan diluar sudah mulai reda tapi gw menahan bokin untuk ngga usah ke parkiran, biar mobil nyamperin bokin *kapan lagi ??

Bla...bla...bla sampailah kami di depan rumah meski sebelumnya lama menanti giliran nasi goreng terbungkus tiga dengan satu tidak pedas buat Ghiffari dan Jihan didepan ruko Cendana Loka. Saat merogoh kantong atas baju Koko yang cuma ngedekem dibangku tengah guna meraih anak kunci, dan saat itu pula gw pucat. Kuncinya ngga ada !!! Astaghfirullahal azhim kemana tuh kunci............Bengong, bingung, asli kaya orang bego *emang pinter ?

Sekian lama mencari dan sempat juga memanggil Pak Sis buat -nggak jadi- meminjam senternya yang ternyata baterainya soak. Malam itu Bokin tenang dan ngga cerewet alhasil gw jadi ngga panik dan bisa mengingat-ingat. Gw memutuskan untuk kembali ke pelataran parkir Giants.

Jam menunjukkan pukul 10.30 waktu Bundaran Jam Alam Sutera. Sepanjang perjalanan Bokin mengajak Ghiffari untuk terus berdoa dengan sesekali mengingatkan gw untuk ngga ngebut dan tetap tenang, Alhamdulillah do'a terkabul sesampai di pelataran parkir yang udah lengang dengan tidak lebih dari 15 detik mencari terlihat anak kunci yang basah oleh hujan ada didepan kaki gw, sekali lagi Alhamdulillah.

Saat itu juga gw langsung cabut, cepet-cepet pulang, mengembalikan karcis masuk dengan tawa suka yang dibalas oleh tatapan bingung penjaga pintu keluar yang dapat gw netralisir dengan "Kunci rumah saya udah ketemu" sekali lagi gw ketawa dan mudah-mudahan tuh Bapak udah ngga bingung lagi.

Mudah-mudahan ini yang pertama dan yang terakhir gw kehilangan anak kunci -mana belon bikin serepnya- ..asli ..stress

(Untuk MakNyak sorry kalo pernah ngebecandain untuk kasus yang sama..jadi ketulah nih...)
Tuesday, May 04, 2004