
Melihat Kupas Tuntas di
Trans TV tentang sosok seorang
K.H Abdurrahman Wahid yang masih ingin menjadi salah satu kandidat Presiden di negeri yang asyik buat korupsi ini, meski ada beberapa hal dalam persyaratan teknis administratif yang siap mengganjal sosok humoris dan sedikit nyeleneh ini namun tetap tidak menyurutkan langkahnya untuk menduduki kursi nomor wahid.
Amat sangat disayangkan sebahagian penanya yang umumnya adalah para mahasiswa lebih banyak memberikan pertanyaan-2 yang naif, konyol, subyektif dan tidak sedikit terpancing menjadi emosional sehingga malah justru memberikan vonis atas tuduhan-2 yang menjadi dinamika kepemimpinan disaat beliau menjabat, bukannya melontarkan pertanyaan-2 yang cerdas, yang lebih mengarah kepada program dan visi beliau. Padahal beliau berusaha untuk mencoba mengarahkan pada hal-2 yang kongkret substansial semisal tentang Niaga Kelautan pada bidang Ekonomi, Keadilan dan "keberanian" pada bidang Hukum, dan tentu saja Humanisme dan Pluralisme serta Demokrasi yang menjadi acuan dan visi beliau untuk tetap andil dalam kehidupan dan pembelajaran demokrasi di bumi KKN ini.
Terlepas dari cacat fisik beliau yang banyak menjadikan manusia-2 berotak dan berakhlak dangkal mencibir dan mentertawainya seakan-akan tidak lebih jelek dari seorang badut -Naudzubillah- adalah lebih baik dari cacat moral sebahagian besar para petinggi yang korup, demikian pembelaan Dono Widiatmoko seorang pengajar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI yang kini sedang menempuh program Pascasarjana pada University of East Anglia, Norwich, UK lewat tulisannya di
Duta Masyarakat Online, memang ada benarnya; Moralitas haruslah menjadi bekal utama para pemimpin yang hendak menjadikan negeri ini tidak lagi seamburadul seperti sekarang ini.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap beliau, gw banyak mengambil pelajaran dari kontroversi dan pembelajaran demokrasi yang diberikannya, semisal Gaya asal omongnya yang gw nilai sebagai pembelajaran bagaimana kita menyikapi dan mengolah informasi dengan bijak diera "dashyat"-nya informasi sekarang ini, yang mengarahkan kita kepada kedewasaan sehingga kita tak lagi mudah terprovokasi, cuma anak-2 TK yang gampang diprovokasi. Serta kontroversi sang fenomenal Inul yang gw nilai Beliau mengajarkan bahwa di Republik ini berlaku hukum yang diberikan dalam bentuk UU yang riil, maksudnya untuk memvonis seseorang haruslah dibuktikan secara hukum berdasarkan UU yang berlaku. Dengan kata lain kalo Inul itu mengusung pornografi berarti anggota Dewan suka akan pornografi karena mereka tidak mengeluarkan UU yang dapat menyebabkan Inul tidak lagi bisa Nge-BOR sana-sini. Juga mengajarkan bahwa untuk melarang seseorang, moralitas saja tidak cukup harus ada kepastian hukumnya yang diwakili oleh UU.
OK Gus, jalan terus !!
**dituntun boleh tapi arah... gw yang atur